BAB II
DESAIN
PEMBELAJARAN &
PENDIDIKAN
KARAKTER DI TINGKAT JENJANG SD
A.
Pengertian, dan Urgensi Desain Pembelajaran
1.
Pengertian
Desain Pembelajaran
Desain
adalah sebuah istilah yang diambil dari kata design (Bahasa Inggris)
yang berarti perencanaan atau rancangan. Ada pula yang mengartikan dengan
“persiapan”.Di dalam ilmu manajemen pendidikan atau ilmu administrasi
pendidikan, perencanaan disebut dengan istilah planning yaitu “persiapan
menyusun suatu keputusan berupa langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau
pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan tertentu”.[1]
Desain pembelajaran menurut istilah dapat didefenisikan:
a.
Herbert Simon (Dick dan Carey, 2006) yang
dikutip oleh Wina Sanjaya, mengartikan desain sebagai proses pemecahan masalah.[2]
b.
Dalam
Kamus Bahasa Indonesia Desain artinya kerangka bentuk, rancangan dan
motiv.[3]
Desain pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu pemikiran atau persiapan
untuk melaksanakan aktivitas pembelajaran dengan menerapkan prinsip-prinsip
pembelajaran. Ada pulah yang memberikan batasan yang sifatnya operasional,
yaitu bahwa desain pembelajaran sebagai pemikiran tentang penerapan
prinsip-prinsip umum pembelajaran dalam rangka pelaksanaan tugas mengajar dalam
suatu interaksi pembelajaran tertentu yang khusus, baik yang berlangsung di
dalam kelas maupun diluar kelas.[4]
c.
Desain
pembelajaran pada dasarnya merupakan pengelolaan dan pengembangan yang
dilakukan terhadap komponen-komponen pembelajaran. Karena itu, Rusman
berpendapat bahwa seorang guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran terlebih
dahulu membuat desain atau perencanaan pembelajaran. Dalam mengembangkan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) seorang guru harus menggunakan model
desain yang dianggap cocok untuk dikembangkan.[5]
d.
Desain
pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai
disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin,
desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi
serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaanya. Sebagai ilmu,
desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan,
pelaksanaan, serta pengolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan
pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada
berbagai tingkatan komplesitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran
merupakan pengembangan system pembelajaran dan system pelaksanaannya termasuk
sarana serta prosedur untuk belajar. Desain pembelajaran sebagai proses,
merupakan pengembangan sistematis, tentang spesifikasi pembelajaran dengan
menggunakan teori pembelajaran dan teori belajar untuk menjamin mutu
pembelajaran. Desain pembelajaran merupakan proses keseluruhan tentang kebutuhan
dan tujuan belajar serta sistem penyampaiannya. Termasuk di dalamnya adalah
pengembangan bahan dan kegiatan pembelajaran, uji coba dan penilaian bahan,
serta pelaksanaan kegiatan pembelajaran.[6]
Jadi, desain pembelajaran merupakan
suatu perencanaan awal yang dilakukan seorang guru, rancangan yang disusun
terlebih dahulu merupakan gambaran pembelajaran atau persiapan terhadap
pelaksanaan pembelajaran. Seorang guru memiliki peran dalam pelaksanaan
pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan aktif.
Pembelajaran pendidikan agama Islam adalah suatu proses yang bertujuan untuk
membantu siswa dalam belajar agama Islam. Tujuan dari desain pembelajaran
pendidikan agama Islam adalah untuk mengaktifkan dan mendukung pembelajaran
siswa secara individu.Tujuan ini merupakan karakteristik dimana pun
pembelajaran pendidikan agama Islam itu terjadi atau berlangsung. Pembelajaran
pendidikan agama Islam akan lebih membantu siswa dalam memaksimalkan kecerdasan
yang ia miliki, menikmati kehidupan serta kemampuan untuk berinteraksi secara
fisik dan sosial terhadap lingkungan.[7]
Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction”
yang dalam bahasa Yunani disebut “instruktus” atau “intruere”
yang berarti menyampaikan pikiran. Dengan demikian, intruksional adalah
menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui
pembelajaran.[8]
Menurut Oemar Hamalik yang dikutip
oleh Sitiatava Rizema Putra mengatakan bahwa:
Pembelajaran ialah suatu kombinasi yang tersusun dari unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.[9]
Desain pembelajaran sangat berpangaruh
terhadap pembentukan karakter peserta didik, guru agama Islam memiliki tugas
dan tanggungjawab yang berat dalam merancang pelaksanaan pembelajaran sehingga
pembelajaran agama Islam bisa berjalan dengan aktif dan efesien.Sebagai seorang
guru harus berhati-hati dalam merancang sebuah pembelajaran, oleh sebab itu
pentingnya desain pembelajaran sehingga guru pendidikan agama Islam mampu
menyusun dan menentukan strategi, metode dan menentukan evaluasi yang tepat.
2. Urgensi Pendidikan
Karakter di Sekolah
Sebagaimana generasi muda sering kali terlibat dalam aktivitas dan
perilaku negatif, seperti; tawuran, obat terlarang, pergaulan bebas, criminal,
kebut-kebutan, hura-hura dan hedonism. Jika, kondisi-kondisi ini terus menerus
terjadi menjadi kebiasaan selanjutnya akan menjadi karkater. Sudah barang tentu,
akan berdampak buruk bagi pribadi, keluarga, dan masyarakat serta bangsa ini
kedepan. Beragam persoalan berbangsa saat ini hanya dapat diperbiki oleh
individu generasi muda yang berkarakter; cerdas, berkualitas beretika,
disiplin, jujur, kerja keras dan berakhlak.[10]
Anak merupakan anugerah dari Allah swt, Tuhan Yang Maha Kuasa,
dimana kehadirannya merupakan tanggung jawab setiap orang tua untuk mendidik
dengan baik.Untuk menciptakan masa depan yang lebih baik, salah satu caranya
adalah dengan menciptakan anak-anak atau generasi muda sebagai aktor dan pionir
masa depan. Cerdas dan pintar saja tentunya tidak cukup, tetapi juga diperlukan
juga sifat yang pantang menyerah, sehat jasmani dan rohani, tanggung jawab,
memiliki harapan dan motivasai tinggi, peka terhadap lingkungan sekitarnya dan
berkepribadian baik, berakhlaku karimah, agar anak-anak atau generasi muda
menjadi tangguh dan mampu meraih impian masa depan yang lebih baik. Karakter
anak ideal yang didambaka banyak orang tua antara lain adalah hormat dan
berbakti kepada orang tua, guru,
terhadap karya seni, terampil, madiri, penuh semangat, disiplin, penuh
inisiatif, sehat dan mencintai tanah air.[11]Mengenai
hal ini secara konstitusional sesungguhnya sudah tercermin dari misi
pembangunan nasional yang memosisikan pendidikan karakter sebagai misi pertama
dari delapan misi guna mewujudkan visi pembangunan nasional , sebagaimana
tercantum dalam rencana pembangunan jangka panjang nasional tahun 2005-2025
yaitu” terwujudnya karakter bangsah yang tangguh, kompetitif, berkahlak mulia,
dan bermoral berdasarkan pancasila, yang dicirikan dengan watak dan perilaku
manusia dan masyarakat Indonesia yang beragam, beriman dan betakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi luhur, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik,
berkembang dinamis, dan berorientasi ipteks”.[12]
Pendidikan karakter sudah mulai muncul pada sistem pendidikan
nasional undang-undang No 20 tahun 2003 dan mulai berjalan pada tahun 2013,
pemerintah lebih memfokuskan dan mengutamakan pendidikan karakter pada jenjang
pendidikan di SD, bukan berarti pada jenjang pendidikan tingkat MTs/SMP, dan MA/SMA
tidak diutamakan tetapi pendidikan karakter tetap terlaksana dalam kehidupan
sehari-hari sesuai kurikulum yang diterapkan. Pendidikan karakter sangat
penting bagi pertumbuhan individu bagi pendidikan jenjang sekolah dasar
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga ketika tumbuh dewasa peserta
didik mudah mengetahui mana yang baik dan yang buruk.
Sebagai aspek kepribadian, karakter merupakan cerminan dari
kepribadian secara utuh dari seseorang, mentalitas, sikap dan perilaku.Karakter
selalu berkaitan dengan dimensi fisik dan psikis individu.Karakter bersifat
konsteksual dan kultural.Karakter bangsa merupakan jati diri bangsa yang
merupakan kumulasi dari karakter-karakter warga masyarakat suatu bangsa.[13] Secara
umum pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan
hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter
atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang sesuai
standar kelulusan.Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu
secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia
sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.[14] Karakter
merupakan nilai dasar yang tertanam dalam diri setiap individu seperti halnya
perilaku, sikap, dan tingkah laku, kejujuran, kerjasama dan tanggung jawab dan
lain-lainnya dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia.Adapun nilai-nilai
karkater antara lain: [15].
1.
Religius
|
Sikap
dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran
terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama
lain.
|
2.
Jujur
|
Perilaku
yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
|
3.
Toleransi
|
Sikap
dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap
dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
|
4.
Disiplin
|
Tindakan
yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
|
5.
Kerja
keras
|
Perilaku
yang menunjukkan upaya sunguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan
belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
|
6.
Kreatif
|
Berfikir
dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu
yang telah dimiliki.
|
7.
Mandiri
|
Sikap
dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan
tuggas-tugas.
|
8.
Demokratis
|
Cara
berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya
dan orang lain.
|
9.
Rasa
ingin tahu
|
Sikap
dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas
dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan didengar.
|
10.
Semangat
kebangsaan
|
Cara
berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
Negara di atas kepentingan diri dan kelompokmya.
|
11.
Cinta
tanah air
|
Cara
berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepeduliaan dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, social, budaya, ,
ekonomi dan politik bangsa.
|
12.
Menghargai
Prestasi
|
Sikap
dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.
|
13.
Bersahabat
|
Komuniktif
tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, bekerja sama
dengan orang lain.
|
14.
Cinta
Damai
|
Sikap,
perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman
atas kehadiran dirinya.
|
15.
Gemar
Membaca
|
Kebiasaan
menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bag
dirinya.
|
16.
Peduli
lingkungan
|
Sikap
dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam
yang sudah terjadi.
|
17.
Peduli
Sosial
|
Sikap
da tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat
yang membutuhkan.
|
18.
Tanggung
Jawab
|
Sikap
dan perilaku seseorang melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya
dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, social dan
budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
|
Dengan
memperkenalkan kepada peserta didik tentang nilai-nilai karakter dalam
pembelajaran dapat membantu memberikan perubahan dalam kehdupan sehari-hari
pada peserta didik.Pendidikan karakter dalam Islam memfokuskan dua hal yakni
kehidupan dunia dan akhirat.Dalam ajaran Islam mengajarkan kepada individu
melakukan kebaikan di dunia, sehingga pendidikan karakter dalam Islam
mengajarkan kepada individu untuk melakukan perbuatan baik dan meninggalkan hal
yang buruk (amar ma’ruf nahi mungkar.Karakter dalam ajaran Islam melatih
moral peserta didik agar dapat mengenal yang baik dan buruk, pentingnya
menggabungkan antara pendidikan karakter dengan ajaran Islam sehingga peserta
didik mampu mengenal masalah ibadah, akhlak dan moral secara rinci. Khususnya
dalam pembelajaran pendidikan agama Islam sangat erat kaitannya dengan
karakter, maka dari itu peran guru agama Islam dalam pembelajaran sangat
penting untuk mengatur dan merencanakan proses pembelajaran peserta didik.
B.
Pengertian Pemberian Karakter di SD
Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan
nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan,
kesadaran, individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan kamil.[16]
Menurut pendapat Tadzkiroatun Musfiroh yang dikutip oleh Nurla isna
Aunillah, karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku
(behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skill).Makna
karakter itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to
mark” atau menandai dan memfokuskan pada aplikasi nilai kebaikan dalam
bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga yang tidak jujur, kejam, rakus, dan
berperilaku jelek, dikatakan sebagai orang berkarakter jelek.Sebaliknya orang
yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral dinamakan berkarakter mulia.[17]
Menurut David Elkind dan Freddy Sweet yang dikutip oleh Nurla isna
Aunillah yang dimaksud dengan pendidikan karakter:
Segala sesuatu yang dilakukan oleh guru, yang mampu mempengaruhi
karakter peserta didik.Dalam hal ini guru membantu membentuk watak peserta
didik agar senantiasa positif.Oleh karena itu, guru harus memperhatikan caranya
berperilaku, berbicara, ataupun menyampaikan materi, bertoleransi serta
berbagai hal terkait lainnya.[18]
Dari pendapat di atas menurut analisis
penulis pendidikan karakter merupakan pembentukan watak peserta didik untuk
membentuk perilaku setiap individu sesuai dengan nilai-nilai karakter yang
telah ditentukan dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dalam
undang-undang sistem pendidikan. Tujuan pendidikan yang diterapkan dalam
nilai-nilai karakter yakni cinta kepada Allah dan alam semesta beserta isinya,
tanggung jawab, disiplin dan mandiri, jujur, hormat dan santun, kasih sayang,
peduli, kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah,
keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah, toleransi, cinta damai dari
persatuan. Dengan demikian pedidikan karakter merupakan penanaman nilai-nilai
terhadap peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sehingg terbentuk tingkah
laku sesuai dengan tujuan yang telah diterapkan.
Pendidikan karakter pada intinya
bertujuan membentuk bangsa yang tanggung, kompettif, berkahlak mulia, bermoral,
bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotic, berkembang dinamis,
berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan
takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasrkan pancasila. Pendidikan karakter
bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di
sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia
peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang, sesuai standar kompetensi
lulusan.[19]
Terbentuknya nilai karakter pada diri seseorang merupakan hasil
dari proses pendidikan yang sebenarnya. Karena hakikat dari pendidikan adalah
menghasilkan para individu-individu yang berkarakter.[20]
Dalam proses pembentukan dan menanamkan nilai-nilai kebijakan (moral, karakter,
akhlak) pada anak didik agaknya sangat tergantung pada jenis pola asuh yang
diterapkan keluarga/orang tua pada anaknya. Pola asuh dapat didefenisikan
sebagai pola interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi pemenuhan
kebutuhan fisik (seperti makan, minum, dan lain-lain) dan kebutuhan psikologis
(seperti rasa aman, kasih saying dan lain-lain), serta sosialisasi norma-norma
yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya.
Dengan kata lain, pola asuh juga mengikuti pola interaksi orang tua dengan anak
dalam rangka pendidikan karakter anak. [21]
Baumrind yang dikutip oleh Jalaluddin-Abdullah Idi mengategorikan
pola asuh menjadi tigas jenis:
Yaitu pola asuh :democratic, authoritative, dan permissive.
Pola asih permisif yang cenderung memberi kebebasan kepada anak untuk
berbuat apa saja sangat tidak konsusif bagi pembentukan karakter anak.
Bagaimanapun anak tetap memerlukan arahan dari orang tua untuk mengenal mana
yang baik mana yang salah. Dengan memberikan kebebasan yang berlebihan, apalagi
terkesan membiarkan, akan membuat anak bingung dan berpotensi salah arah. Pola
asuh demokratis tampaknya lebih kondusif dalam pendidikan karakter
anak.Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian oleh Bumrind yang menunjukkan
bahwa orang tua yang demokrtis lebih mendukung perkembangan anak terutama dalam
kemandirian dan tanggung jawab.Orang tua yang otoriter merugikan, karena anak
tidak mandiri, kurang tanggung jawab serta agresif, seedangkan orang tua yang
permisif mengakibatkan anak kurang mampu dalam menyesuaikan diri di luar rumah.[22]
Orang tua memiliki peranan yang sangat besar dalam mengasuh dan
mengurus anak-anaknya, adapun peran orang tua dalam pendidikan anak yakni;
1. Peranan Keluarga/Orang tua
a)
Peranan
Ibu
Ibu memiliki peranan yang penting dalam mendidik anak-anaknya.Sejak
dilahirkan ibulah yang selalu disampingnya, memberi makan, minum, mengganti
pakaian, dan sebagainya.Ibu dalam keluarga merupakan orang yang pertama kali
dikenal anaknya. Menurut Ngalim purwanto yang dikutip oleh Uyo Sadulloh
mengatakan bahwa sesuai dengan fungsi serta tanggung jawabnya sebagai anggota
keluarga, dapat dijelaskan bahwa peranan ibu dalam pendidikan anaknya adalah
sebagai berikut:
1)
Sumber
dan pemberian rasa kasih saying.
2)
Pengasuh
dan pemelihara
3)
Tempat
mencurahkan isi hati
4)
Pengatur
dalam kehidupan berumah tangga
5)
Pembimbing
hubungan pribadi
6)
Pendidik
dalam segi-segi emosional[23]
b)
Peranan Ayah
Menurut Ngalim purwanto yang dikutip oleh Uyo Sadulloh peranan ayah
dalam pendidikan anak-anaknya adalah sebagai berikut: a) sumber kekuasaan dalam
keluarga, b) penghubung intern antara keluarga dengan masyarakat atau dunia
luar, c) pemberi rasa aman bagi seluruh anggota keluarga, d) pelindung terhadap
ancaman dari luar, e) hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan, f)
pendidik dalam segi-segi rasional. [24] Dalam
pembentukan karakter yang paling utama ialah orang tua memberikan perhatian
kepada anak didiknya, orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam
pembentukan karakter seorang anak.Oleh karena itu, keluarga merupakan sebagai
lembaga pendidikan dasar atau pertama dan utama. Selain orang tua, guru
merupakan salah satu proses pembentukan karakter peserta didik. Peran dan
tangung jawab guru sangat penting bagi proses pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Guru memiliki peran dan tanggung
jawab yang luas dalam memberikan didikan kepada setiap invidu, guru memiliki
kedudukan yang paling tinggi dalam ajaran Islam.
2.
Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Peters yang dikutip oleh Nana Sudjana mengemukakan ada tiga tugas
dan tanggung jawab guru, yakni; a) guru sebagai pengajar, b) guru sebagai
pembimbing, dan c) guru sebagai administrator kelas. [25]
Ketiga tugas guru di atas merupakan tugas pokok profesi guru.Guru
sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan
melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut memiliki seperangkat
pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, di samping menguasai ilmu atau
bahan yang akan diajarkannya. Guru sebagai pembimbing, memberi tekanan
kepada tugas, memberikan bantuan kepada peserta didik dalam pemecahan masalah
dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Tugas ini merupakan aspek mendidik,
tidak hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan tetapi juga
menyangkut pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para peserta
didik. Sedangkan tugas sebagai administrator kelas pada hakikatnya
merupakan jalinan antara keterlaksanaan bidang pengajaran dan keterlaksanaan
pada umumnnya. Namun demikian,
keterlaksanaan bidang pengajaran lebih menonjol dan lebih diutamakan bagi
profesi guru.[26]
Tugas dan tanggung jawab guru merupakan faktor utama dalam
peningkatan hasil belajar peserta didik, guru memiliki tugas dan tanggung jawab
terhadap pelaksanaan proses pembelajaran sebagai pengajar, pembimbing, dan
membina kemampuan serta tingkah laku setiap peserta didik. Guru sangat berperan
dalam membantu perkembangan dan pertumbuhan peserta didik merupakan orang tua
kedua di sekolah.
Di sekolah guru merupakan pendidik yang paling bertanggung jawab
dalam membimbing anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Guru bertanggung
jawab agar anak menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Guru bertanggung jawab untu menjadikan anak didiknya menjadi manusia
yang berakhlak mulia, manusia sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri.[27]
Dalam proses pembelajaran di sekolah, terutama sekolah dasar, guru merupakan
sumber daya edukatif sekaligus aktor proses pembelajaran yang utama.[28]
Tanpa adanya guru maka tujuan pendidikan tidak akan berjalan sesuai yang ingin
di capai, guru memiliki peranan yang penting dalam menentukan keberhasilan tujuan
pendidikan. Guru mengembangkan tujuan pendidikan sesuai undang-undang yang
telah ditetapkan oleh pemerintah, untuk mencapai keberhasilan meningkatkan
kecerdasan peserta didik.
Dalam pendidikan Islam, pendidik
memiliki arti dan peranan yang sangat penting. Hal ini disebabkan ia memiliki
tanggung jawab dan menentukan arah pendidikan. Itulah sebabnya pula Islam
sangat menghargai dan menghormati orang-orang yang berilmu pengetahuan dan
bertugas sebagai pendidik.Islam mengangkat derajat mereka dan memuliakan mereka
melebihi dari orang Islam lainnya yang tidak berilmu pengetahuan dan bukan
pendidik.[29]
Firman Allah swt dalam Q.S al-Mujadalah: 11.
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sÎ) @Ï% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿt ª!$# öNä3s9 ( #sÎ)ur @Ï% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùöt ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uy 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ×Î7yz .
Terjemahnya:
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan.[30]
Dapat dipahami di atas bahwa tugas dan tanggung jawab seorang guru
yakbi guru memiliki tanggung jawab sebagai pembina, membimbing, dan mendidik
serta bertanggung jawab untuk membentuk perkembangan dan pertumbuhan peserta
didik menjadikan peserta didik bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, jujur, dan menjadikan berakhlak mulia. Guru sebagai
Pembina membeerikan arahan dan masukan kepada setiia
3.
Lingkungan
Masyarakat
Sahabat
dan teman memiliki pengaruh yang sangat besar pada kehidupan seseorang. Teman
yang berkepribadian yang buruk akan menularkan hal-hal negative kepada teman
sepergaulannya. Teman yang buruk memiliki andil besar dalam menjerumuskan
seseorang kedalam burukan.Penting sekali memilih teman yang berkepribadian
mulia dan begitu pula sebaliknya, menjauhi teman yang berkepribadian buruk juga
amat penting.[31]
Pada sisi lain, orang tua perlu mengawasi pergaulan anak, karena pergaulan dan
lingkungan itu memiliki andil sangat besar dalam pembentukan kepribadian
anak-anak. [32]
Keluarga merupakan wahana pertama
dan utama bagi pendidikan karakter anak. Apabila keluarga gagal melakukan
pendidikan karakter pada anak-anaknya, maka akan sulit bagi institusi-institusi
lain diluar keluarga (termasuk sekolah) untuk memperbaikinya. Kegagalan orang
tua untuk membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnya masyaraktat
yang tidak berkarakter. [33]
Lingkungan masyarakat dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, dalam
pembentukan tingkah laku peserta didik masyarakat dapat mempengaruhi baik dan
buruk nya setiap individu disebabkan dengan adanya pergaulan. Pergaulan dapat
memberikan perubahan kepada setiap individu bila setiap pergaulan yang
dilakukan berdampak negatif.Oleh karena itu pentingnya perhatian dan pembinaan
orang dewasa dalam masa perkembangan dan pertumbuhan peserta didik untuk
memberikan perubahan pada setiap individu. Pergaulan sangat penting bagi proses
masa perkembangan setiap individu bila orang tua/ orang dewasa memperhatikan
degan baik, tetapi sebaliknya bila orang tua/orang dewasa kurang memberikan
perhatian akan berdampak buruk.
C.
Komponen Desain PembelajaranPAI
Esensi desain
pembelajaran hanyalah mencakup empat komponen, yaitu : peserta didik, tujuan,
metode, evaluasi.
a. Peserta didik
Dalam menentukan
desain pembelajaran dan mata pelajaran yang akan disampaikan perlu diketahui
bahwa yang sebenarnya dilakukan oleh para desainer adalah menciptakan situasi
belajar yang kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan peserta
didik merasa nyaman dan termotivasi dalam proses belajarnya.
Peserta didik sebelum
dan selama belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai factor baik fisik maupun
mental, misalnya kelelahan, mengantuk, bosan, dan jenuh. Hal ini akan
mengurangi kosentrasi peserta didik dan sudah tentu akan terjadi reduksi dalam
penyerapan materi yang juga mempengaruhi daya tangkap untuk memahami
materi.Hal-hal lain yang dapat mempengaruhi mutu belajar peserta didik adalah
tampilan materi ajar dan gaya penyampaian guru dalam menyampaikan materi.
b. Tujuan
Setiap rumusan tujuan
pembelajaran selalu dikembangkan berdasarkan kompetesi atau kinerja yang harus
dimiliki oleh peserta didik jika ia selesai belajar. Seandainya tujuan
pembelajaran atau kompetensi dinilai sebagai sesuatu yang rumit, maka tujuan
pembelajaran tersebut dirinci menjadi subkompetensi yang dapat mudah
dicapai.Dilain pihak desain pembelajaran memadukan kebutuhan peserta didik
dengan kompetensi yang harus dikuasai dengan persyaratan tertentu dalam kondisi
yang sudah ditetapkan.
c. Metode
Metode terkait dengan
strategi pembelajaran yang sebaiknya dirancang agar proses belajar berjalan
mulus. Metode adalah cara-cara atau teknik yang dianggap jitu untuk
menyampaikan materi ajar.Dalam desain pembelajaran langkah ini sangat penting
karena metode inilah yang menentukan situasi belajar yang sesungguhnya. Di lain
pihak kepiawaian seorang desainer pembelajaran juga terlihat dalam cara
menentukan metode. Pada konsep ini metode adalah komponen strategi pembelajaran
yang sederhana.
d. Evaluasi
Konsep ini menganggap
menilai hasil belajar peserta didik sangat penting.Indikator keberhasilan
pencapaian suatu tujuan belajar dapat diamati dari penilaian hasil belajar.
Seringkali penilaian dilakukan dengan cara menjawab soal-soal objektif.
Penilaian juga dapat dilakukan dengan format non soal, yaitu dengan instrument
pengamatan, wawancara, kuesioner dan sebagainya.[34]
Dalam komponen pembelajaran
PAI memiliki peran yang sangat penting
di dalamnya yakni peseta didik, tujuan, metode dan evaluasi. Komponen ini
memiliki maksud dan fungsi yang berbeda-beda terhadap pola perubahan kepada
peserta didik.Dari keempat komponen tersebut memiliki pengaruh yang sangat
besar terhadap kognitif, efektif dan psikomotorik peserta didik.Ketiga aspek
tersebut memiliki fungsi yang dapat membantu memberikan perubahan pembentukan
karakter pada peserta didik.
D.
Strategi Pemberian Karakter di SD
1.
Pengertian Strategi Pembelajaran
Secara umum strategi
mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha
mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan proses belajar
mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak
didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang
telah digariskan.[35] Menurut
Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Syaiful Sagala mengatakan strategi
pembelajaran dimaksud melaiputi sifat lingkup dan urutan kegiatan pembelajaran
yang dapat memberikan pengelaman belajar peserta didik. Sedangkan Gropper yang
dikutip oleh Syaiful Sagala mengatakan strategi pembelajaran akan menggerakkan
setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam
kegiatan belajarnya.[36] Strategi
pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih
kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan
tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar,
kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang diharapkan dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran tertentu.[37]
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah sebagai pola atau gambaran umum
yang merupakan garis-garis dasar yang didesain menjadi sebuah kegiatan dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar yang mengacu kepada tingkah laku peserta didik
untuk mempengaruhi kegiatan pembelajaran sehingga mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dengan adanya proses pembelajaran dapat mempengaruhi pola tingkah
laku peserta didik, kegiatan pembelajaran memberikan umpan balik tersendiri
untuk memberikan perubahan terhadap peserta didik. Proses belajar mengajar
sangat penting bagi pembentukan karakter peserta didik yang mampu mempangaruhi
perubahan perilaku setiap individu.
Proses pembelajaran
mempunyai tujuan agar peserta didik mencapai kompetensi seperti yang
diharapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut proses pembelajaran perlu dirancang
secara sistematik dan sistematik. Kegiatan atau aktivitas pembelajaran didesain
dengan tujuan untuk memfasilitasi peserta didik mencapai kompetensi atau tujuan
pembelajaran. Kompetensi mencerminkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dapat diperlihatkan oleh seseorang setelah menempuh proses pembelajaran.
Menurut Richey yang dikutip oleh Benny A. Pribadi mengemukakan defenisi
kompetensi sebagai berikut:
Pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang memungkinkan seseorang dapat melakukan aktivitas secara efektif
dalam melaksanakan tugas dan fungsi pekerjaan sesuai dengan standar yang telah
ditentukan.[38]
Strategi
pembelajaran yaitu cara-cara spesifik yang dapat dilakukan oleh individu untuk
membuat peserta didik mencapai tujuan pembelajaran atau standar kompetensi yang
telah ditentukan [39]
Guru
sebagai sentral pembelajaran dapat merumuskan strategi pembelajaran. Hal ini
dimaksudkan untuk menyusun sebuah perencanaan membantu siswa dalam belajar
untuk mencapai tujuan. Ketika guru memimpin kelompok pembelajaran yang
direncanakan, guru telah menggunakan proses desain pembelajaran untuk
menghasilkan sebuah pengantar, membantu implementasi perencanaan pengajaran
tanpa memerlukan pengantar langsung terhadap siswa.[40]
Strategi
pembelajaran sangat penting diterapkan sebagai pedoman pembelajaran sehingga
proses pembelajaran dapat berjalan sesuai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dengan adanya steratgi pembelajaran dapat membantu mempermudah guru
dalam menyusun perencanaan pelaksanaan. Oleh karena itu pentingnya desain
pembelajaran bagi seorang guru sehingga mampu menyusun perencanaan pembelajaran
secara detail dan rinci untuk menentukan kompetensi bagi peserta didik sesuai
tujuan yang telah ditentukan.
2.
Pendekatan dan Strategi Pembelajaran
Dalam pelaksanaan pembelajaran
strategi dapat dikatakan sebagai pola umum yang berisi tentang rentetan
kegiatan yang dapat dijadikan pedoman (petunjuk umum) agar kompetensi sebagai
tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Pola atau cara yang
ditetapkan sebagai hasil dari kajian strattegi itu dalam proses pembelajaran
dinamakan dengan metode pembelajaran. Untuk menjalankan sebuah metode
dibutuhkan adanya sebuah taknik atau taktik sifatnya lebih praktis yang disusun
untuk menjalankan suatu metode dan strategi tertentu. Disamping istilah
strategi, metode dan teknik dalam konteks pembelajaran ada juga istilah lain
yang dinamakan model pembelajaran. Istilah lain yang lebih umum dari istilah strategi
dan model pembelajaran adalah istilah pendekatan (approach).[41]
Pendekatan memang tidak sama dengan
strategi maupun model. Pendekatan adalah istilah yang diberikan untuk hal yang
bersifat lebih umum.Dan strategi adalah penjabaran dari pendekatan yang
digunakan itu. Dari uraian tersebut maka tampak jelas, untuk menunjukkan proses
pembelajaran dapat dimulai dai istilah pendekatan, kemudian dari pendekatan itu
dijabarkan pada model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran,
teknik dan taktik baru.[42]
Strategi
pemberian karakter peserta didik pada jenjang pendidikan sekolah dasar
diperukan sebuah proses pendekatan terhadap setiap individu. Adapun pendekatan
pembelajaran yakni:[43]
a.
Pendekatan Ekspositeri
Pendekatan
ini bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan
dikontrol atau ditentukan oleh guru.Dalam pendekatan ini siswa diharapkan dapat
mengingat kembali dan menangkap informasi yang telah diberikan guru.Komunikasi
yang digunakan guru adalah berinteraksi dengan siswa menggunakan komunikasi
satu arah atau komunikasi aksi.
b.
Pendekatan
Inquiry/Discovery
Pendekatan ini bertolak
dari pandangan bahwa siswa sebagai subjek dan objek dalam belajar mempunyai
kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki. Proses pembelajaran harus dipandang sebagai stimulus yang dapat
menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Guru berperan lebih sebagai
pembimbing atau fasilitator belajar. Dengan demikian, siswa lebih banyak melakukan
kegiatan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok. Pendekatan Inquiry
merupakan pendekatan mengajar yang mengembangkan cara piker ilmiah. Pendekatan
ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri dan kreatif.Siswa
betul-betul ditempatkan sebagai pembelajar.
c.
Pendekatan
Interaksi Sosial
Pendkeatan ini hampir sama dengan
pendekatan inquiry, terutama social
inquiry. Pendekatan ini menekankan terbentuknya hubungan antara siswa yang satu
dengan siswa lainnya.Oleh sebab itu, kegiatan belajar mengajar hendaknya
mengembangkan kemampuan dan kesanggupan siswa untuk mengadakan hubungan dengan
orang lain serta mengembangkan sikap dan perilaku demokratis.
d.
Pendekatan
Tingkah laku (Behavioral Models)
Pendekatan ini mendorong
teori tingkah laku sebagai aplikasi dari teori belajar behaviorisme.Tingkah
laku individu pada dasarnya dikontrol oleh individu dan respons yang diberikan
individu. Penguatan hubungan stimulas dan respons merupakan proses belajar yang
menyebabkan perubahan tingkah laku.
Strategi pemberian karakter
pada jenjang pendidikan di SD dibutuhkan adanya sebuah pendekatan. Pendekatan
merupakan sebuah interaksi yang dilakukan selama proses pembelajaran. Guru
mampu mengenal dan mengetahui kekurangan dan kelebihan setiap peserta didik.
Dengan adanya proses pembelajaran guru dapat mengenal sikap, perilaku dan
kemampuan yang dimiliki peserta didik. Dalam proses pembelajaran dapat
memberikan banyak perubahan-perubahan kepada setiap peserta didik, dengan
belajar setiap individu akan mengalami kemajuan dan perkembangan dalam dirinya.
Pentingnya pembelajaran bagi setiap individu untuk meningkatkan
perubahan-perubahan dan memberikan kemajuan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
3.
Model
Desain Pembelajaran PAI
Menurut Ryder yang dikuti
oleh Ella Yulaelawati model seperti mitos dan metaphor, dapat membantu untuk
memahami sesuatu. Model desain pembelajaran menawarkan struktur dan pemahaman
tentang desain pembelajaran. Membuat pengembang pembelajaran memahami masalah,
merinci masalah kedalam unit-unit yang lebih mudah diatasi dan menyelesaikan
masalah pembelajaran. Ringkasan model desain pembelajaran digambarkan oleh
Ryder yang dikutip oleh Ella Yulaelawati seperti berikut:[44]
a.
Model
Petunjuk/Resep
Model ini dimaksudkan untuk memudahkan para guru melaksanakan
pembelajaran. Pola piker yang digunakan adalah perumusan tujuan, penyusunan
kegiatan belajar, dan penyusunan kegiatan penilaian untuk mencapai tujuan serta
memahami keefektifan kegiatan belajar yang telah dilaksanakan. Aplikasi model
petunjuk adalah penyusunan berbaai petunjuk mengajar dengan rincian: 1) tujuan
mengajar, yang dirumuskan secara konkret, jelas dan struktur, 2) kegiatan
mengajar yang mencerminkan hal-hal yang perlu dilakukan guru dalam membimbing
peserta didik, 3) sarana dan sumber belajar, serta 4) rincian soal-soal
penilaian.
b.
Model
Penomenologi
Model ini menekankan pada
pengalaman-pengalaman pemrosesan informasi yang perlu diupayakan dalam kegiatan
belajar peserta didik. Beberapa ahli yang mengupas model penomenologi adalah
John Bransford dengan pembelajaran jangkar (anchored instruction), Malcom
Knowles (andragogy), Bruner, Ausubel dan Gagne (kognitif), George Miller
(pemrosesan informasi), Joseph Novak (peta konsep), Albert Bandura (teori
pembelajaran social budaya), Martin Ryder (pembelajaran generatif), Jerome
Brunner (pembelajaran diskoveri), Montessory (minimalis model), serta para ahli
lain yang mengupas model proyek, model pemecahan masalah, model inkuari, model
percakapan, model bermain peran, model partisipasi, dan penelitian aksi (action
research).
c.
Model
Komparasi
Model komparasi menggabungkan model
behavioris, kognitif, dan konstruktif dalam suatu kerangka pemikiran. Model
komparasi ini tidak mengotak-ngotakkan secaa tegas untuk kemudian memilih salah
satu secara terpisah, tetapi menentukan kombinasi yang tepat untuk aplikasi
yang sesuai dengan keadaan dan konteks pembelajaran.Implikasi dari model
komparasi atau campuran ini terlihat pula pada sistematika desain pembelajaran
Robert Gagne, dimulai dari menganalisis pebelajar untuk menyusun tujuan
pembelajaran, mengurutkan pengalaman belajar, menyusun media, dan menilai
kinerja pebelajar.
Desain pembelajaran merupakan
menciptakan suatu yang baru terhadap pengembangan, pelaksanaan dan
penilaian/evaluasi sesuai dengan perkembangan makro dan mikro untuk berbagai
mata pelajaran sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan. Desain
pembelajaran sebagai tahap awal dalam pengembanga penyusunan pembelajaran
dengan menggunakan teori-teori yang telah ditentukan untuk menjamin tingkat
mutu pendidikan. Desain pembelajaran merupakan proses terhadap semua kebutuhan
pembelajaran untuk mencapai tingkat perubahan dan kemajuan dalam setiap peserta
didik.
E.
Indikator Capaian Kompetensi Karakter Peserta Didik
Kompetensi
merupakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak.Kebiasaan berpikir dan bertindak secara
konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompetenn, dalam
arti memiliki pengetahuan, keterampilan dan nila-nilai dasar untuk melakukan
sesuatu.[45]Kompetensi
dasar mata pelajaran berisi kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa dalam
menempuh pendidikan di SD. Kemampuan ini berorietasi pada perilaku efektif dan
psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt.Kemampuan-kemampuan yang tercantum
dalam komponen kemampuan dasar ini merupakan pengajaran dari kemampuan dasar
umumyang harus dicapai di SD yaitu.[46]
1.
Beriman
kepada Allah swt dan lima rukun iman yang lain dengan mengetahui fungsi serta
terefleksi dalam sikap, perilaku, dan akhlak peserta didik dalam dimensi
vertical maupun horizontal.
2.
Dapat
membaca al-qur’an surat-surat pilihan dengan benar, menyalin dan mengartikan.
3.
Mampu
bertindak dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan syariat Islam terutama
ibadah Mahdhah.
4.
Dapat
meneladani sifat, sikap dan kepribadian rasulullah serta khulafaur Rasyidin.
Kompetensi
pada jenjang pendidikan sekolah dasar (SD) yakni:
1.
Mengenal
dan berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
2.
Mengenali
dan menjalankan hak dan kewajiban diri, belajar dan beraktivitas sehari-hari,
serta peduli terhadap lingkungan dan masa depan.
3.
Berpikir
logis, kritis, dan kreatif serta berkomunikasi melalui berbagai media terutama
dengan kelompok sebaya.
4.
Menyenangi
keindahan.
5.
Membiasakan
hidup bersih, bugar dan sehat.
6.
Memiliki
rasa cinta dan bangga terhadap bangsa dan tanah air. [47]
Kompetensi persatuan jenjang
pendidikan sekolah dasar (SD) yakni:
1.
Mampu
membaca al-qur’an dengan benar.
2.
Beriman
kepada Allah, malaikat-malaikatnya, kitab-kitabnya, rasul-rasulnya, hari
kiamat, dan qadha-qadar.
3.
Terbiasa
berperilaku dengan sifat terpuji, menghindari sifat-sifat tercela, dan
bertatakrama dalam kehidupan sehari-hari.
4.
Mengenal
rukun Islam dan mampu melaksanakan beribadah salat, puasa, zakat fitrah, dan
zikir serta doa setelah shalat.[48]
Kompotensi dasar merupakan
perincian atau penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi yang cakupan
materinya lebih sempit disbanding dengan strandar kompetensi.Kompetensi dasar adalah
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang minimal harus dikuasai peserta didik
untuk menunjukkan bahwa mereka telah menguasai standar kompetensi yang
ditetapkan.[49]
Dapat dipahami di atas
bahwa indikator capaian kompetensi pendidikan karakter pada jenjang pendidikan
di SD yakni setiap peserta didik memiliki pengetahuan, sikap, keterampilan.
Dari ketiga aspek tersebut sangat penting bagi proses pembentukan karakter
peserta didik. Pengetahuan, didalamnya terdiri dari kognitif, afektif
dan psikomotirk yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik.Sikap,
terdiri dari akhlak, etika, moral dan tingkah laku yang ditanamkan dalam
kehidupan sehari-hari.Keterampilan, didalamnya seperti bakat atau
kemampuan yang dimiliki setiap peserta didik bagi seorang guru harus mampu
menggali dan mengembangkan bakat atau kemampuan yang dimiliki setiap peserta
didik, sehingga peserta didik memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap yang
terampilan dalam diri setiap individu.
[1] Ahmad Rohani, Pengelolaan
Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 67.
[2]Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem
Pembelajaran , (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2008),
h. 65.
[3]Em Zul
Fajri-Ratu Aprilia Sagala, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Difa
Publishe,), h. 249.
[4]Ahmad Rohani, PengelolaanPengajaran,
h. 69.
[5]Rusman, Model-Model Pembelajaran Pengembangkan Profesionalisme
Guru, (Cet. I; Jakarta: RajawaliPers, 2010), h. 147.
[6]Ella
Yulaelawati, KurikulumdanPembelajaranFilosofiTeoridanAplikasinya, (Cet.II;
Jakarta: Pakar Raya, 2007), h. 58.
[7]Mukhtar, DesainPembelajaranPendidikan
Agama Islam, (Cet. I ; Jakarta: MisakaGaliza, 2003), h. 13.
[8]Syaiful Bahri
Djamarah, Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif, Suatu Pendekatan
Teoritis Psikologis, (Cet. III, Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 324.
[9] Sitiatava
Rizema Putra, Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains, (Cet. I;
Diva Perss, 2013), h. 17.
[10]Jalaluddin
–Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan ; Manusia, filsafat dan Pendidikan,h.
207.
[11]Jalaluddin
–Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan ; Manusia, filsafat dan Pendidikan,
h. 211.
[12]Zubaedi, Desain
Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, h.
7.
[13]Zubaedi, Desain
Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, h.10.
[14] Pupuh
Fatthurrohman, Pengembangan Pendidikan Karakter, (Cet.1; Bandung: Refika
Aditama, 2013), h. 93.
[15]Daryanto
Suryanti Darmiatun, Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah, (Cet. I
; Yogyakarta: Gava Media, 2013), h. 70.
[16] Nurla isna
Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan
karakter di Sekolah, (Cet. I; Jakarta: Transmedia, 2011), h. 18.
[17]Nurla isna
Aunillah, Panduan Menerapkan
Pendidikan karakter di Sekolah, h. 19-20.
[18]Nurla isna
Aunillah, Panduan Menerapkan
Pendidikan karakter di Sekolah, h. 21.
[19] Daryanto-Sutryatri
Darmiatu, Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah, (Cet. I; Gava
Media, 2013), h. 44-45.
[20]Muh. Takdir, Pendidikan
Yang Mencerahkan, (Malang: Unirviesitas Muhammadiyah Malang, 2014), h. 44.
[21] Jalaluddin
–Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan ; Manusia, filsafat dan Pendidikan,
(Cet.III; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), h. 215-216.
[22]Jalaluddin
–Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan ; Manusia, filsafat dan Pendidikan, ….
[23] Uyo Sadulloh, Pedagogik
(Ilmu Mendidik), (Cet. II; Bandung:
Alfabeta, 2011), h. 194.
[24]Uyo Sadulloh, Pedagogik
(Ilmu Mendidik), h. 195.
[25] Nana Sudjana, Dasar-Dasar
Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru AlGensindo, 2011), h. 15.
[26]Nana Sudjana, Dasar-Dasar
Proses Belajar Mengajar, …
[27]Uyo Sadulloh, Pedagogik
(Ilmu Mendidik), h. 179.
[28] Marno, Strategi
& Metode Pengajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), h. 21.
[29]Sudiyono, Ilmu
Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 134.
[31] Pupuh
Fathurrohman dkk, Pengembangan Pendidikan Karakter, (Cet. I; Bandung:
Refika Aditama, 2013),h. 76.
[32] Zubaedi, Desain
Pendidikan Karakter; Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan,
(Cet. II; Jakarta: Kencana, 2012), h. 205.
[33]Zubaedi, Desain
Pendidikan KarakterKonsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, h.
205.
[34]
http://www.taufiqslow.com/2012/01/pengertian-komponen-dan-desain.html
[35]Syaiful Bahri
Djamarah-Aswan Zain, Steratgi Belajar Mengajar, (Cet. IV; Jakarta: Asdi
Mahasatya, 2010), h. 5.
[36]Syaiful Sagala,
Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, (Cet. 1; Bandung:
Alfabeta, 2010), h. 56.
[37] Hamzah B. Uno,
Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan
Efektif, (Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 3.
[38] Benny A.
Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, (Cet. III; Jakarta: Dian
Rakyat, 2011), h. 11-12.
[39]Benny A.
Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, h. 47.
[40]Abdul
Majid-Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi; Konsep dan
Implementasi kurikulum 2004, (Cet. III; Bandung; Remaja Rosdakarya, 2006),
h. 38.
[41]Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem
Pembelajaran , h. 99-100.
[42]Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem
Pembelajaran , h. 100.
[43] Maylanny
Christine, Strategi dan Teknik Mengajar dengan Berkesan, (Ed. I;
Bandung; Setia Purna Inves, 2009), h. 27-31.
[44]Ella
Yulaelawati, KurikulumdanPembelajaranFilosofiTeoridanAplikasinya, h.
67-69.
[45] Ramayulis, Metodologi
Pendidikan Agama Islam, (Cet.V; Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 37.
[46]Abdul
Majid-Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, h. 144.
[47] Hamzah B. Uno,
Perencanaan Pembelajaran, (Cet. VI;
Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 122-123.
[48] Abdul
Majid-Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, h. 147.
[49] Kasful
Anwar-Hendra Harani, Perencanaan Sistem Pembelajaran ; kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan, ( Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2011), h. 73.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar