Jumat, 01 Mei 2015

DESAIN PEMBELAJARAN PAI

BAB II
DESAIN PEMBELAJARAN &
PENDIDIKAN KARAKTER DI TINGKAT JENJANG SD

A.      Pengertian, dan Urgensi Desain Pembelajaran
1.   Pengertian Desain Pembelajaran
Desain adalah sebuah istilah yang diambil dari kata design (Bahasa Inggris) yang berarti perencanaan atau rancangan. Ada pula yang mengartikan dengan “persiapan”.Di dalam ilmu manajemen pendidikan atau ilmu administrasi pendidikan, perencanaan disebut dengan istilah planning yaitu “persiapan menyusun suatu keputusan berupa langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan tertentu”.[1] Desain pembelajaran menurut istilah dapat didefenisikan:
a.    Herbert Simon (Dick dan Carey, 2006) yang dikutip oleh Wina Sanjaya, mengartikan desain sebagai proses pemecahan masalah.[2]
b.    Dalam Kamus Bahasa Indonesia Desain artinya kerangka bentuk, rancangan dan motiv.[3] Desain pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu pemikiran atau persiapan untuk melaksanakan aktivitas pembelajaran dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran. Ada pulah yang memberikan batasan yang sifatnya operasional, yaitu bahwa desain pembelajaran sebagai pemikiran tentang penerapan prinsip-prinsip umum pembelajaran dalam rangka pelaksanaan tugas mengajar dalam suatu interaksi pembelajaran tertentu yang khusus, baik yang berlangsung di dalam kelas maupun diluar kelas.[4]
c.    Desain pembelajaran pada dasarnya merupakan pengelolaan dan pengembangan yang dilakukan terhadap komponen-komponen pembelajaran. Karena itu, Rusman berpendapat bahwa seorang guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran terlebih dahulu membuat desain atau perencanaan pembelajaran. Dalam mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) seorang guru harus menggunakan model desain yang dianggap cocok untuk dikembangkan.[5]
d.   Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaanya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, serta pengolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan komplesitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan system pembelajaran dan system pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk belajar. Desain pembelajaran sebagai proses, merupakan pengembangan sistematis, tentang spesifikasi pembelajaran dengan menggunakan teori pembelajaran dan teori belajar untuk menjamin mutu pembelajaran. Desain pembelajaran merupakan proses keseluruhan tentang kebutuhan dan tujuan belajar serta sistem penyampaiannya. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan bahan dan kegiatan pembelajaran, uji coba dan penilaian bahan, serta pelaksanaan kegiatan pembelajaran.[6]
          Jadi, desain pembelajaran merupakan suatu perencanaan awal yang dilakukan seorang guru, rancangan yang disusun terlebih dahulu merupakan gambaran pembelajaran atau persiapan terhadap pelaksanaan pembelajaran. Seorang guru memiliki peran dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan aktif. Pembelajaran pendidikan agama Islam adalah suatu proses yang bertujuan untuk membantu siswa dalam belajar agama Islam. Tujuan dari desain pembelajaran pendidikan agama Islam adalah untuk mengaktifkan dan mendukung pembelajaran siswa secara individu.Tujuan ini merupakan karakteristik dimana pun pembelajaran pendidikan agama Islam itu terjadi atau berlangsung. Pembelajaran pendidikan agama Islam akan lebih membantu siswa dalam memaksimalkan kecerdasan yang ia miliki, menikmati kehidupan serta kemampuan untuk berinteraksi secara fisik dan sosial terhadap lingkungan.[7]
Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang dalam bahasa Yunani disebut “instruktus” atau “intruere” yang berarti menyampaikan pikiran. Dengan demikian, intruksional adalah menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran.[8]
          Menurut Oemar Hamalik yang dikutip oleh Sitiatava Rizema Putra mengatakan bahwa:
Pembelajaran ialah suatu kombinasi yang tersusun dari unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.[9]

          Desain pembelajaran sangat berpangaruh terhadap pembentukan karakter peserta didik, guru agama Islam memiliki tugas dan tanggungjawab yang berat dalam merancang pelaksanaan pembelajaran sehingga pembelajaran agama Islam bisa berjalan dengan aktif dan efesien.Sebagai seorang guru harus berhati-hati dalam merancang sebuah pembelajaran, oleh sebab itu pentingnya desain pembelajaran sehingga guru pendidikan agama Islam mampu menyusun dan menentukan strategi, metode dan menentukan evaluasi yang tepat.
2.    Urgensi Pendidikan Karakter di Sekolah
Sebagaimana generasi muda sering kali terlibat dalam aktivitas dan perilaku negatif, seperti; tawuran, obat terlarang, pergaulan bebas, criminal, kebut-kebutan, hura-hura dan hedonism. Jika, kondisi-kondisi ini terus menerus terjadi menjadi kebiasaan selanjutnya akan menjadi karkater. Sudah barang tentu, akan berdampak buruk bagi pribadi, keluarga, dan masyarakat serta bangsa ini kedepan. Beragam persoalan berbangsa saat ini hanya dapat diperbiki oleh individu generasi muda yang berkarakter; cerdas, berkualitas beretika, disiplin, jujur, kerja keras dan berakhlak.[10]
Anak merupakan anugerah dari Allah swt, Tuhan Yang Maha Kuasa, dimana kehadirannya merupakan tanggung jawab setiap orang tua untuk mendidik dengan baik.Untuk menciptakan masa depan yang lebih baik, salah satu caranya adalah dengan menciptakan anak-anak atau generasi muda sebagai aktor dan pionir masa depan. Cerdas dan pintar saja tentunya tidak cukup, tetapi juga diperlukan juga sifat yang pantang menyerah, sehat jasmani dan rohani, tanggung jawab, memiliki harapan dan motivasai tinggi, peka terhadap lingkungan sekitarnya dan berkepribadian baik, berakhlaku karimah, agar anak-anak atau generasi muda menjadi tangguh dan mampu meraih impian masa depan yang lebih baik. Karakter anak ideal yang didambaka banyak orang tua antara lain adalah hormat dan berbakti kepada orang tua, guru,  terhadap karya seni, terampil, madiri, penuh semangat, disiplin, penuh inisiatif, sehat dan mencintai tanah air.[11]Mengenai hal ini secara konstitusional sesungguhnya sudah tercermin dari misi pembangunan nasional yang memosisikan pendidikan karakter sebagai misi pertama dari delapan misi guna mewujudkan visi pembangunan nasional , sebagaimana tercantum dalam rencana pembangunan jangka panjang nasional tahun 2005-2025 yaitu” terwujudnya karakter bangsah yang tangguh, kompetitif, berkahlak mulia, dan bermoral berdasarkan pancasila, yang dicirikan dengan watak dan perilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang beragam, beriman dan betakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, dan berorientasi ipteks”.[12]
Pendidikan karakter sudah mulai muncul pada sistem pendidikan nasional undang-undang No 20 tahun 2003 dan mulai berjalan pada tahun 2013, pemerintah lebih memfokuskan dan mengutamakan pendidikan karakter pada jenjang pendidikan di SD, bukan berarti pada jenjang pendidikan tingkat MTs/SMP, dan MA/SMA tidak diutamakan tetapi pendidikan karakter tetap terlaksana dalam kehidupan sehari-hari sesuai kurikulum yang diterapkan. Pendidikan karakter sangat penting bagi pertumbuhan individu bagi pendidikan jenjang sekolah dasar dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga ketika tumbuh dewasa peserta didik mudah mengetahui mana yang baik dan yang buruk.
Sebagai aspek kepribadian, karakter merupakan cerminan dari kepribadian secara utuh dari seseorang, mentalitas, sikap dan perilaku.Karakter selalu berkaitan dengan dimensi fisik dan psikis individu.Karakter bersifat konsteksual dan kultural.Karakter bangsa merupakan jati diri bangsa yang merupakan kumulasi dari karakter-karakter warga masyarakat suatu bangsa.[13] Secara umum pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang sesuai standar kelulusan.Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.[14] Karakter merupakan nilai dasar yang tertanam dalam diri setiap individu seperti halnya perilaku, sikap, dan tingkah laku, kejujuran, kerjasama dan tanggung jawab dan lain-lainnya dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia.Adapun nilai-nilai karkater antara lain: [15].
1.        Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2.    Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3.        Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4.        Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5.        Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sunguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6.        Kreatif
Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7.        Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tuggas-tugas.
8.        Demokratis
Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9.        Rasa ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan didengar.
10.    Semangat kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan kelompokmya.
11.    Cinta tanah air
Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepeduliaan dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, social, budaya, , ekonomi dan politik bangsa.
12.    Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.
13.    Bersahabat
Komuniktif tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, bekerja sama dengan orang lain.
14.    Cinta Damai
Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15.    Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bag dirinya.
16.    Peduli lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17.    Peduli Sosial
Sikap da tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18.    Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, social dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Dengan memperkenalkan kepada peserta didik tentang nilai-nilai karakter dalam pembelajaran dapat membantu memberikan perubahan dalam kehdupan sehari-hari pada peserta didik.Pendidikan karakter dalam Islam memfokuskan dua hal yakni kehidupan dunia dan akhirat.Dalam ajaran Islam mengajarkan kepada individu melakukan kebaikan di dunia, sehingga pendidikan karakter dalam Islam mengajarkan kepada individu untuk melakukan perbuatan baik dan meninggalkan hal yang buruk (amar ma’ruf nahi mungkar.Karakter dalam ajaran Islam melatih moral peserta didik agar dapat mengenal yang baik dan buruk, pentingnya menggabungkan antara pendidikan karakter dengan ajaran Islam sehingga peserta didik mampu mengenal masalah ibadah, akhlak dan moral secara rinci. Khususnya dalam pembelajaran pendidikan agama Islam sangat erat kaitannya dengan karakter, maka dari itu peran guru agama Islam dalam pembelajaran sangat penting untuk mengatur dan merencanakan proses pembelajaran peserta didik.

B.       Pengertian Pemberian Karakter di SD
Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran, individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan kamil.[16]
Menurut pendapat Tadzkiroatun Musfiroh yang dikutip oleh Nurla isna Aunillah, karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skill).Makna karakter itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan pada aplikasi nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga yang tidak jujur, kejam, rakus, dan berperilaku jelek, dikatakan sebagai orang berkarakter jelek.Sebaliknya orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral dinamakan berkarakter mulia.[17]
Menurut David Elkind dan Freddy Sweet yang dikutip oleh Nurla isna Aunillah yang dimaksud dengan pendidikan karakter:
Segala sesuatu yang dilakukan oleh guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik.Dalam hal ini guru membantu membentuk watak peserta didik agar senantiasa positif.Oleh karena itu, guru harus memperhatikan caranya berperilaku, berbicara, ataupun menyampaikan materi, bertoleransi serta berbagai hal terkait lainnya.[18]

          Dari pendapat di atas menurut analisis penulis pendidikan karakter merupakan pembentukan watak peserta didik untuk membentuk perilaku setiap individu sesuai dengan nilai-nilai karakter yang telah ditentukan dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dalam undang-undang sistem pendidikan. Tujuan pendidikan yang diterapkan dalam nilai-nilai karakter yakni cinta kepada Allah dan alam semesta beserta isinya, tanggung jawab, disiplin dan mandiri, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah, toleransi, cinta damai dari persatuan. Dengan demikian pedidikan karakter merupakan penanaman nilai-nilai terhadap peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sehingg terbentuk tingkah laku sesuai dengan tujuan yang telah diterapkan.
          Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tanggung, kompettif, berkahlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotic, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasrkan pancasila. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan.[19]
Terbentuknya nilai karakter pada diri seseorang merupakan hasil dari proses pendidikan yang sebenarnya. Karena hakikat dari pendidikan adalah menghasilkan para individu-individu yang berkarakter.[20] Dalam proses pembentukan dan menanamkan nilai-nilai kebijakan (moral, karakter, akhlak) pada anak didik agaknya sangat tergantung pada jenis pola asuh yang diterapkan keluarga/orang tua pada anaknya. Pola asuh dapat didefenisikan sebagai pola interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum, dan lain-lain) dan kebutuhan psikologis (seperti rasa aman, kasih saying dan lain-lain), serta sosialisasi norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya. Dengan kata lain, pola asuh juga mengikuti pola interaksi orang tua dengan anak dalam rangka pendidikan karakter anak. [21]
Baumrind yang dikutip oleh Jalaluddin-Abdullah Idi mengategorikan pola asuh menjadi tigas jenis:
Yaitu pola asuh :democratic, authoritative, dan permissive. Pola asih permisif yang cenderung memberi kebebasan kepada anak untuk berbuat apa saja sangat tidak konsusif bagi pembentukan karakter anak. Bagaimanapun anak tetap memerlukan arahan dari orang tua untuk mengenal mana yang baik mana yang salah. Dengan memberikan kebebasan yang berlebihan, apalagi terkesan membiarkan, akan membuat anak bingung dan berpotensi salah arah. Pola asuh demokratis tampaknya lebih kondusif dalam pendidikan karakter anak.Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian oleh Bumrind yang menunjukkan bahwa orang tua yang demokrtis lebih mendukung perkembangan anak terutama dalam kemandirian dan tanggung jawab.Orang tua yang otoriter merugikan, karena anak tidak mandiri, kurang tanggung jawab serta agresif, seedangkan orang tua yang permisif mengakibatkan anak kurang mampu dalam menyesuaikan diri di luar rumah.[22]

Orang tua memiliki peranan yang sangat besar dalam mengasuh dan mengurus anak-anaknya, adapun peran orang tua dalam pendidikan anak yakni;
1.   Peranan Keluarga/Orang tua
a)        Peranan Ibu
Ibu memiliki peranan yang penting dalam mendidik anak-anaknya.Sejak dilahirkan ibulah yang selalu disampingnya, memberi makan, minum, mengganti pakaian, dan sebagainya.Ibu dalam keluarga merupakan orang yang pertama kali dikenal anaknya. Menurut Ngalim purwanto yang dikutip oleh Uyo Sadulloh mengatakan bahwa sesuai dengan fungsi serta tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga, dapat dijelaskan bahwa peranan ibu dalam pendidikan anaknya adalah sebagai berikut:
1)        Sumber dan pemberian rasa kasih saying.
2)        Pengasuh dan pemelihara
3)        Tempat mencurahkan isi hati
4)        Pengatur dalam kehidupan berumah tangga
5)        Pembimbing hubungan pribadi
6)        Pendidik dalam segi-segi emosional[23]

b)          Peranan Ayah
Menurut Ngalim purwanto yang dikutip oleh Uyo Sadulloh peranan ayah dalam pendidikan anak-anaknya adalah sebagai berikut: a) sumber kekuasaan dalam keluarga, b) penghubung intern antara keluarga dengan masyarakat atau dunia luar, c) pemberi rasa aman bagi seluruh anggota keluarga, d) pelindung terhadap ancaman dari luar, e) hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan, f) pendidik dalam segi-segi rasional. [24] Dalam pembentukan karakter yang paling utama ialah orang tua memberikan perhatian kepada anak didiknya, orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter seorang anak.Oleh karena itu, keluarga merupakan sebagai lembaga pendidikan dasar atau pertama dan utama. Selain orang tua, guru merupakan salah satu proses pembentukan karakter peserta didik. Peran dan tangung jawab guru sangat penting bagi proses pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Guru memiliki peran dan tanggung jawab yang luas dalam memberikan didikan kepada setiap invidu, guru memiliki kedudukan yang paling tinggi dalam ajaran Islam.
2.        Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Peters yang dikutip oleh Nana Sudjana mengemukakan ada tiga tugas dan tanggung jawab guru, yakni; a) guru sebagai pengajar, b) guru sebagai pembimbing, dan c) guru sebagai administrator kelas. [25]
Ketiga tugas guru di atas merupakan tugas pokok profesi guru.Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, di samping menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkannya. Guru sebagai pembimbing, memberi tekanan kepada tugas, memberikan bantuan kepada peserta didik dalam pemecahan masalah dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Tugas ini merupakan aspek mendidik, tidak hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan tetapi juga menyangkut pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para peserta didik. Sedangkan tugas sebagai administrator kelas pada hakikatnya merupakan jalinan antara keterlaksanaan bidang pengajaran dan keterlaksanaan pada umumnnya. Namun  demikian, keterlaksanaan bidang pengajaran lebih menonjol dan lebih diutamakan bagi profesi guru.[26]
Tugas dan tanggung jawab guru merupakan faktor utama dalam peningkatan hasil belajar peserta didik, guru memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan proses pembelajaran sebagai pengajar, pembimbing, dan membina kemampuan serta tingkah laku setiap peserta didik. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan dan pertumbuhan peserta didik merupakan orang tua kedua di sekolah.
Di sekolah guru merupakan pendidik yang paling bertanggung jawab dalam membimbing anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Guru bertanggung jawab agar anak menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Guru bertanggung jawab untu menjadikan anak didiknya menjadi manusia yang berakhlak mulia, manusia sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri.[27] Dalam proses pembelajaran di sekolah, terutama sekolah dasar, guru merupakan sumber daya edukatif sekaligus aktor proses pembelajaran yang utama.[28] Tanpa adanya guru maka tujuan pendidikan tidak akan berjalan sesuai yang ingin di capai, guru memiliki peranan yang penting dalam menentukan keberhasilan tujuan pendidikan. Guru mengembangkan tujuan pendidikan sesuai undang-undang yang telah ditetapkan oleh pemerintah, untuk mencapai keberhasilan meningkatkan kecerdasan peserta didik.
            Dalam pendidikan Islam, pendidik memiliki arti dan peranan yang sangat penting. Hal ini disebabkan ia memiliki tanggung jawab dan menentukan arah pendidikan. Itulah sebabnya pula Islam sangat menghargai dan menghormati orang-orang yang berilmu pengetahuan dan bertugas sebagai pendidik.Islam mengangkat derajat mereka dan memuliakan mereka melebihi dari orang Islam lainnya yang tidak berilmu pengetahuan dan bukan pendidik.[29] Firman Allah swt dalam Q.S al-Mujadalah: 11.
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) Ÿ@ŠÏ% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿtƒ ª!$# öNä3s9 ( #sŒÎ)ur Ÿ@ŠÏ% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz .                                                  

Terjemahnya:

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.[30]


                Dapat dipahami di atas bahwa tugas dan tanggung jawab seorang guru yakbi guru memiliki tanggung jawab sebagai pembina, membimbing, dan mendidik serta bertanggung jawab untuk membentuk perkembangan dan pertumbuhan peserta didik menjadikan peserta didik bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, jujur, dan menjadikan berakhlak mulia. Guru sebagai Pembina membeerikan arahan dan masukan kepada setiia
3.      Lingkungan Masyarakat
Sahabat dan teman memiliki pengaruh yang sangat besar pada kehidupan seseorang. Teman yang berkepribadian yang buruk akan menularkan hal-hal negative kepada teman sepergaulannya. Teman yang buruk memiliki andil besar dalam menjerumuskan seseorang kedalam burukan.Penting sekali memilih teman yang berkepribadian mulia dan begitu pula sebaliknya, menjauhi teman yang berkepribadian buruk juga amat penting.[31] Pada sisi lain, orang tua perlu mengawasi pergaulan anak, karena pergaulan dan lingkungan itu memiliki andil sangat besar dalam pembentukan kepribadian anak-anak. [32]
            Keluarga merupakan wahana pertama dan utama bagi pendidikan karakter anak. Apabila keluarga gagal melakukan pendidikan karakter pada anak-anaknya, maka akan sulit bagi institusi-institusi lain diluar keluarga (termasuk sekolah) untuk memperbaikinya. Kegagalan orang tua untuk membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnya masyaraktat yang tidak berkarakter. [33]
            Lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, dalam pembentukan tingkah laku peserta didik masyarakat dapat mempengaruhi baik dan buruk nya setiap individu disebabkan dengan adanya pergaulan. Pergaulan dapat memberikan perubahan kepada setiap individu bila setiap pergaulan yang dilakukan berdampak negatif.Oleh karena itu pentingnya perhatian dan pembinaan orang dewasa dalam masa perkembangan dan pertumbuhan peserta didik untuk memberikan perubahan pada setiap individu. Pergaulan sangat penting bagi proses masa perkembangan setiap individu bila orang tua/ orang dewasa memperhatikan degan baik, tetapi sebaliknya bila orang tua/orang dewasa kurang memberikan perhatian akan berdampak buruk. 



C.      Komponen Desain PembelajaranPAI
Esensi desain pembelajaran hanyalah mencakup empat komponen, yaitu : peserta didik, tujuan, metode, evaluasi.
a.  Peserta didik
Dalam menentukan desain pembelajaran dan mata pelajaran yang akan disampaikan perlu diketahui bahwa yang sebenarnya dilakukan oleh para desainer adalah menciptakan situasi belajar yang kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan peserta didik merasa nyaman dan termotivasi dalam proses belajarnya.
Peserta didik sebelum dan selama belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai factor baik fisik maupun mental, misalnya kelelahan, mengantuk, bosan, dan jenuh. Hal ini akan mengurangi kosentrasi peserta didik dan sudah tentu akan terjadi reduksi dalam penyerapan materi yang juga mempengaruhi daya tangkap untuk memahami materi.Hal-hal lain yang dapat mempengaruhi mutu belajar peserta didik adalah tampilan materi ajar dan gaya penyampaian guru dalam menyampaikan materi.
     b. Tujuan

Setiap rumusan tujuan pembelajaran selalu dikembangkan berdasarkan kompetesi atau kinerja yang harus dimiliki oleh peserta didik jika ia selesai belajar. Seandainya tujuan pembelajaran atau kompetensi dinilai sebagai sesuatu yang rumit, maka tujuan pembelajaran tersebut dirinci menjadi subkompetensi yang dapat mudah dicapai.Dilain pihak desain pembelajaran memadukan kebutuhan peserta didik dengan kompetensi yang harus dikuasai dengan persyaratan tertentu dalam kondisi yang sudah ditetapkan.
c.     Metode
Metode terkait dengan strategi pembelajaran yang sebaiknya dirancang agar proses belajar berjalan mulus. Metode adalah cara-cara atau teknik yang dianggap jitu untuk menyampaikan materi ajar.Dalam desain pembelajaran langkah ini sangat penting karena metode inilah yang menentukan situasi belajar yang sesungguhnya. Di lain pihak kepiawaian seorang desainer pembelajaran juga terlihat dalam cara menentukan metode. Pada konsep ini metode adalah komponen strategi pembelajaran yang sederhana.
d. Evaluasi
Konsep ini menganggap menilai hasil belajar peserta didik sangat penting.Indikator keberhasilan pencapaian suatu tujuan belajar dapat diamati dari penilaian hasil belajar. Seringkali penilaian dilakukan dengan cara menjawab soal-soal objektif. Penilaian juga dapat dilakukan dengan format non soal, yaitu dengan instrument pengamatan, wawancara, kuesioner dan sebagainya.[34]
Dalam komponen pembelajaran PAI memiliki peran  yang sangat penting di dalamnya yakni peseta didik, tujuan, metode dan evaluasi. Komponen ini memiliki maksud dan fungsi yang berbeda-beda terhadap pola perubahan kepada peserta didik.Dari keempat komponen tersebut memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kognitif, efektif dan psikomotorik peserta didik.Ketiga aspek tersebut memiliki fungsi yang dapat membantu memberikan perubahan pembentukan karakter pada peserta didik.

D.      Strategi Pemberian Karakter di SD
1.   Pengertian Strategi Pembelajaran
   Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan proses belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.[35] Menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Syaiful Sagala mengatakan strategi pembelajaran dimaksud melaiputi sifat lingkup dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengelaman belajar peserta didik. Sedangkan Gropper yang dikutip oleh Syaiful Sagala mengatakan strategi pembelajaran akan menggerakkan setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya.[36] Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang diharapkan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.[37]
   Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah sebagai pola atau gambaran umum yang merupakan garis-garis dasar yang didesain menjadi sebuah kegiatan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar yang mengacu kepada tingkah laku peserta didik untuk mempengaruhi kegiatan pembelajaran sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan adanya proses pembelajaran dapat mempengaruhi pola tingkah laku peserta didik, kegiatan pembelajaran memberikan umpan balik tersendiri untuk memberikan perubahan terhadap peserta didik. Proses belajar mengajar sangat penting bagi pembentukan karakter peserta didik yang mampu mempangaruhi perubahan perilaku setiap individu.
   Proses pembelajaran mempunyai tujuan agar peserta didik mencapai kompetensi seperti yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut proses pembelajaran perlu dirancang secara sistematik dan sistematik. Kegiatan atau aktivitas pembelajaran didesain dengan tujuan untuk memfasilitasi peserta didik mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran. Kompetensi mencerminkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat diperlihatkan oleh seseorang setelah menempuh proses pembelajaran. Menurut Richey yang dikutip oleh Benny A. Pribadi mengemukakan defenisi kompetensi sebagai berikut:
   Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang memungkinkan seseorang dapat melakukan aktivitas secara efektif dalam melaksanakan tugas dan fungsi pekerjaan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.[38]

Strategi pembelajaran yaitu cara-cara spesifik yang dapat dilakukan oleh individu untuk membuat peserta didik mencapai tujuan pembelajaran atau standar kompetensi yang telah ditentukan [39]
Guru sebagai sentral pembelajaran dapat merumuskan strategi pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk menyusun sebuah perencanaan membantu siswa dalam belajar untuk mencapai tujuan. Ketika guru memimpin kelompok pembelajaran yang direncanakan, guru telah menggunakan proses desain pembelajaran untuk menghasilkan sebuah pengantar, membantu implementasi perencanaan pengajaran tanpa memerlukan pengantar langsung terhadap siswa.[40]
Strategi pembelajaran sangat penting diterapkan sebagai pedoman pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat berjalan sesuai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan adanya steratgi pembelajaran dapat membantu mempermudah guru dalam menyusun perencanaan pelaksanaan. Oleh karena itu pentingnya desain pembelajaran bagi seorang guru sehingga mampu menyusun perencanaan pembelajaran secara detail dan rinci untuk menentukan kompetensi bagi peserta didik sesuai tujuan yang telah ditentukan.
2.     Pendekatan dan Strategi Pembelajaran
            Dalam pelaksanaan pembelajaran strategi dapat dikatakan sebagai pola umum yang berisi tentang rentetan kegiatan yang dapat dijadikan pedoman (petunjuk umum) agar kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Pola atau cara yang ditetapkan sebagai hasil dari kajian strattegi itu dalam proses pembelajaran dinamakan dengan metode pembelajaran. Untuk menjalankan sebuah metode dibutuhkan adanya sebuah taknik atau taktik sifatnya lebih praktis yang disusun untuk menjalankan suatu metode dan strategi tertentu. Disamping istilah strategi, metode dan teknik dalam konteks pembelajaran ada juga istilah lain yang dinamakan model pembelajaran. Istilah lain yang lebih umum dari istilah strategi dan model pembelajaran adalah istilah pendekatan (approach).[41]
            Pendekatan memang tidak sama dengan strategi maupun model. Pendekatan adalah istilah yang diberikan untuk hal yang bersifat lebih umum.Dan strategi adalah penjabaran dari pendekatan yang digunakan itu. Dari uraian tersebut maka tampak jelas, untuk menunjukkan proses pembelajaran dapat dimulai dai istilah pendekatan, kemudian dari pendekatan itu dijabarkan pada model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik dan taktik baru.[42]
             Strategi pemberian karakter peserta didik pada jenjang pendidikan sekolah dasar diperukan sebuah proses pendekatan terhadap setiap individu. Adapun pendekatan pembelajaran yakni:[43]
a.     Pendekatan Ekspositeri
             Pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol atau ditentukan oleh guru.Dalam pendekatan ini siswa diharapkan dapat mengingat kembali dan menangkap informasi yang telah diberikan guru.Komunikasi yang digunakan guru adalah berinteraksi dengan siswa menggunakan komunikasi satu arah atau komunikasi aksi.
b.        Pendekatan Inquiry/Discovery
   Pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subjek dan objek dalam belajar mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Proses pembelajaran harus dipandang sebagai stimulus yang dapat menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Guru berperan lebih sebagai pembimbing atau fasilitator belajar. Dengan demikian, siswa lebih banyak melakukan kegiatan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok. Pendekatan Inquiry merupakan pendekatan mengajar yang mengembangkan cara piker ilmiah. Pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri dan kreatif.Siswa betul-betul ditempatkan sebagai pembelajar.
c.         Pendekatan Interaksi Sosial
            Pendkeatan ini hampir sama dengan pendekatan inquiry,  terutama social inquiry. Pendekatan ini menekankan terbentuknya hubungan antara siswa yang satu dengan siswa lainnya.Oleh sebab itu, kegiatan belajar mengajar hendaknya mengembangkan kemampuan dan kesanggupan siswa untuk mengadakan hubungan dengan orang lain serta mengembangkan sikap dan perilaku demokratis. 
d.        Pendekatan Tingkah laku (Behavioral Models)
   Pendekatan ini mendorong teori tingkah laku sebagai aplikasi dari teori belajar behaviorisme.Tingkah laku individu pada dasarnya dikontrol oleh individu dan respons yang diberikan individu. Penguatan hubungan stimulas dan respons merupakan proses belajar yang menyebabkan perubahan tingkah laku.
   Strategi pemberian karakter pada jenjang pendidikan di SD dibutuhkan adanya sebuah pendekatan. Pendekatan merupakan sebuah interaksi yang dilakukan selama proses pembelajaran. Guru mampu mengenal dan mengetahui kekurangan dan kelebihan setiap peserta didik. Dengan adanya proses pembelajaran guru dapat mengenal sikap, perilaku dan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Dalam proses pembelajaran dapat memberikan banyak perubahan-perubahan kepada setiap peserta didik, dengan belajar setiap individu akan mengalami kemajuan dan perkembangan dalam dirinya. Pentingnya pembelajaran bagi setiap individu untuk meningkatkan perubahan-perubahan dan memberikan kemajuan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
3.         Model Desain Pembelajaran PAI
   Menurut Ryder yang dikuti oleh Ella Yulaelawati model seperti mitos dan metaphor, dapat membantu untuk memahami sesuatu. Model desain pembelajaran menawarkan struktur dan pemahaman tentang desain pembelajaran. Membuat pengembang pembelajaran memahami masalah, merinci masalah kedalam unit-unit yang lebih mudah diatasi dan menyelesaikan masalah pembelajaran. Ringkasan model desain pembelajaran digambarkan oleh Ryder yang dikutip oleh Ella Yulaelawati seperti berikut:[44]
a.         Model Petunjuk/Resep
Model ini dimaksudkan untuk memudahkan para guru melaksanakan pembelajaran. Pola piker yang digunakan adalah perumusan tujuan, penyusunan kegiatan belajar, dan penyusunan kegiatan penilaian untuk mencapai tujuan serta memahami keefektifan kegiatan belajar yang telah dilaksanakan. Aplikasi model petunjuk adalah penyusunan berbaai petunjuk mengajar dengan rincian: 1) tujuan mengajar, yang dirumuskan secara konkret, jelas dan struktur, 2) kegiatan mengajar yang mencerminkan hal-hal yang perlu dilakukan guru dalam membimbing peserta didik, 3) sarana dan sumber belajar, serta 4) rincian soal-soal penilaian.
b.        Model Penomenologi
            Model ini menekankan pada pengalaman-pengalaman pemrosesan informasi yang perlu diupayakan dalam kegiatan belajar peserta didik. Beberapa ahli yang mengupas model penomenologi adalah John Bransford dengan pembelajaran jangkar (anchored instruction), Malcom Knowles (andragogy), Bruner, Ausubel dan Gagne (kognitif), George Miller (pemrosesan informasi), Joseph Novak (peta konsep), Albert Bandura (teori pembelajaran social budaya), Martin Ryder (pembelajaran generatif), Jerome Brunner (pembelajaran diskoveri), Montessory (minimalis model), serta para ahli lain yang mengupas model proyek, model pemecahan masalah, model inkuari, model percakapan, model bermain peran, model partisipasi, dan penelitian aksi (action research).
c.         Model Komparasi
            Model komparasi menggabungkan model behavioris, kognitif, dan konstruktif dalam suatu kerangka pemikiran. Model komparasi ini tidak mengotak-ngotakkan secaa tegas untuk kemudian memilih salah satu secara terpisah, tetapi menentukan kombinasi yang tepat untuk aplikasi yang sesuai dengan keadaan dan konteks pembelajaran.Implikasi dari model komparasi atau campuran ini terlihat pula pada sistematika desain pembelajaran Robert Gagne, dimulai dari menganalisis pebelajar untuk menyusun tujuan pembelajaran, mengurutkan pengalaman belajar, menyusun media, dan menilai kinerja pebelajar.
            Desain pembelajaran merupakan menciptakan suatu yang baru terhadap pengembangan, pelaksanaan dan penilaian/evaluasi sesuai dengan perkembangan makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan. Desain pembelajaran sebagai tahap awal dalam pengembanga penyusunan pembelajaran dengan menggunakan teori-teori yang telah ditentukan untuk menjamin tingkat mutu pendidikan. Desain pembelajaran merupakan proses terhadap semua kebutuhan pembelajaran untuk mencapai tingkat perubahan dan kemajuan dalam setiap peserta didik.

E.            Indikator Capaian Kompetensi Karakter Peserta Didik
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompetenn, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan dan nila-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.[45]Kompetensi dasar mata pelajaran berisi kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa dalam menempuh pendidikan di SD. Kemampuan ini berorietasi pada perilaku efektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt.Kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam komponen kemampuan dasar ini merupakan pengajaran dari kemampuan dasar umumyang harus dicapai di SD yaitu.[46]
1.      Beriman kepada Allah swt dan lima rukun iman yang lain dengan mengetahui fungsi serta terefleksi dalam sikap, perilaku, dan akhlak peserta didik dalam dimensi vertical maupun horizontal.
2.      Dapat membaca al-qur’an surat-surat pilihan dengan benar, menyalin dan mengartikan.
3.      Mampu bertindak dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan syariat Islam terutama ibadah Mahdhah.
4.      Dapat meneladani sifat, sikap dan kepribadian rasulullah serta khulafaur Rasyidin.
Kompetensi pada jenjang pendidikan sekolah dasar (SD) yakni:
1.         Mengenal dan berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
2.         Mengenali dan menjalankan hak dan kewajiban diri, belajar dan beraktivitas sehari-hari, serta peduli terhadap lingkungan dan masa depan.
3.         Berpikir logis, kritis, dan kreatif serta berkomunikasi melalui berbagai media terutama dengan kelompok sebaya.
4.         Menyenangi keindahan.
5.         Membiasakan hidup bersih, bugar dan sehat.
6.         Memiliki rasa cinta dan bangga terhadap bangsa dan tanah air. [47]
Kompetensi persatuan jenjang pendidikan sekolah dasar (SD) yakni:
1.         Mampu membaca al-qur’an dengan benar.
2.         Beriman kepada Allah, malaikat-malaikatnya, kitab-kitabnya, rasul-rasulnya, hari kiamat, dan qadha-qadar.
3.         Terbiasa berperilaku dengan sifat terpuji, menghindari sifat-sifat tercela, dan bertatakrama dalam kehidupan sehari-hari.
4.         Mengenal rukun Islam dan mampu melaksanakan beribadah salat, puasa, zakat fitrah, dan zikir serta doa setelah shalat.[48]
   Kompotensi dasar merupakan perincian atau penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi yang cakupan materinya lebih sempit disbanding dengan strandar kompetensi.Kompetensi dasar adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap yang minimal harus dikuasai peserta didik untuk menunjukkan bahwa mereka telah menguasai standar kompetensi yang ditetapkan.[49]
   Dapat dipahami di atas bahwa indikator capaian kompetensi pendidikan karakter pada jenjang pendidikan di SD yakni setiap peserta didik memiliki pengetahuan, sikap, keterampilan. Dari ketiga aspek tersebut sangat penting bagi proses pembentukan karakter peserta didik. Pengetahuan, didalamnya terdiri dari kognitif, afektif dan psikomotirk yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik.Sikap, terdiri dari akhlak, etika, moral dan tingkah laku yang ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari.Keterampilan, didalamnya seperti bakat atau kemampuan yang dimiliki setiap peserta didik bagi seorang guru harus mampu menggali dan mengembangkan bakat atau kemampuan yang dimiliki setiap peserta didik, sehingga peserta didik memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap yang terampilan dalam diri setiap individu.

           





[1] Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 67.

[2]Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran , (Jakarta:  Kencana Prenada  Media Group, 2008), h. 65.

[3]Em Zul Fajri-Ratu Aprilia Sagala, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Difa Publishe,), h. 249.

[4]Ahmad Rohani, PengelolaanPengajaran, h. 69.

[5]Rusman, Model-Model  Pembelajaran Pengembangkan Profesionalisme Guru, (Cet. I; Jakarta: RajawaliPers, 2010), h. 147.

[6]Ella Yulaelawati, KurikulumdanPembelajaranFilosofiTeoridanAplikasinya, (Cet.II; Jakarta: Pakar Raya, 2007), h. 58.

[7]Mukhtar, DesainPembelajaranPendidikan Agama Islam, (Cet. I ; Jakarta: MisakaGaliza, 2003), h. 13.  

[8]Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif, Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis, (Cet. III,  Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 324.

[9] Sitiatava Rizema Putra, Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains, (Cet. I; Diva Perss, 2013), h. 17.
[10]Jalaluddin –Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan ; Manusia, filsafat dan Pendidikan,h. 207.

[11]Jalaluddin –Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan ; Manusia, filsafat dan Pendidikan, h. 211.

[12]Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, h. 7.

[13]Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, h.10.

[14] Pupuh Fatthurrohman, Pengembangan Pendidikan Karakter, (Cet.1; Bandung: Refika Aditama, 2013), h. 93.

[15]Daryanto Suryanti Darmiatun, Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah, (Cet. I ; Yogyakarta: Gava Media, 2013), h. 70.
[16] Nurla isna Aunillah,  Panduan Menerapkan Pendidikan karakter di Sekolah, (Cet. I; Jakarta: Transmedia, 2011), h. 18.

[17]Nurla isna Aunillah,  Panduan Menerapkan Pendidikan karakter di Sekolah, h. 19-20.

[18]Nurla isna Aunillah,  Panduan Menerapkan Pendidikan karakter di Sekolah, h. 21.
[19] Daryanto-Sutryatri Darmiatu, Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah, (Cet. I; Gava Media, 2013), h. 44-45.

[20]Muh. Takdir, Pendidikan Yang Mencerahkan, (Malang: Unirviesitas Muhammadiyah Malang, 2014), h. 44.

[21] Jalaluddin –Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan ; Manusia, filsafat dan Pendidikan, (Cet.III; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), h. 215-216.

[22]Jalaluddin –Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan ; Manusia, filsafat dan Pendidikan, ….

[23] Uyo Sadulloh, Pedagogik (Ilmu  Mendidik), (Cet. II; Bandung: Alfabeta, 2011), h. 194.

[24]Uyo Sadulloh, Pedagogik (Ilmu  Mendidik), h. 195.

[25] Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru  AlGensindo, 2011), h. 15.
[26]Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, …

[27]Uyo Sadulloh, Pedagogik (Ilmu  Mendidik), h. 179.

[28] Marno, Strategi & Metode Pengajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), h. 21.

[29]Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 134.

[31] Pupuh Fathurrohman dkk, Pengembangan Pendidikan Karakter, (Cet. I; Bandung: Refika Aditama, 2013),h. 76.

[32] Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter; Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, (Cet. II; Jakarta: Kencana, 2012), h. 205.

[33]Zubaedi, Desain Pendidikan KarakterKonsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, h. 205.

[34] http://www.taufiqslow.com/2012/01/pengertian-komponen-dan-desain.html
[35]Syaiful Bahri Djamarah-Aswan Zain, Steratgi Belajar Mengajar, (Cet. IV; Jakarta: Asdi Mahasatya, 2010), h. 5.

[36]Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, (Cet. 1; Bandung: Alfabeta, 2010), h. 56.

[37] Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif, (Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 3.

[38] Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, (Cet. III; Jakarta: Dian Rakyat, 2011), h. 11-12.

[39]Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, h. 47.

[40]Abdul Majid-Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi; Konsep dan Implementasi kurikulum 2004, (Cet. III; Bandung; Remaja Rosdakarya, 2006), h. 38.
[41]Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran , h. 99-100.

[42]Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran , h. 100.

[43] Maylanny Christine, Strategi dan Teknik Mengajar dengan Berkesan, (Ed. I; Bandung; Setia Purna Inves, 2009), h. 27-31.
[44]Ella Yulaelawati, KurikulumdanPembelajaranFilosofiTeoridanAplikasinya, h. 67-69.
[45] Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Cet.V; Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 37.

[46]Abdul Majid-Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, h. 144.
[47] Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Cet. VI;  Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 122-123.

[48] Abdul Majid-Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,  h. 147.

[49] Kasful Anwar-Hendra Harani, Perencanaan Sistem Pembelajaran ; kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, ( Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2011), h. 73.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar